Sabtu, 27 Desember 2008

Tahun Baru sebentar lagi datang.....2009

Setahun sudah berlalu..............
Dan aku tak tahu sudah berapa banyak amal kubuat ?
Juga berapa berat dosa kutimbun....?
Satu saja aku berharap
Semoga Ampun Tuhan masih kudapat
Taubat sejati
Penghantar perjumpaan bidadari bermata jeli
Nanti di syurga nanti
Atau itu hanya mimpi...
Karena Neraka itu kan kuhadapi?
Aaahh ... Tuhan Jangan .. Jangan Tuhan
Aku tak sanggup kesana
Meski aku juga tak pantas ke surgamu
Sekali lagi....
jika ada satu duri yang bisa kusingkirkan dari jalan
dan itu semata ridho untukmu
maka lapangkan jalanku
menghadapmu,
setelah hancur luluh badan dalam siksamu
kutahu, engkau tak pernah jahat
akulah yang menjahati diriku sendiri
apa yang kudapat
adalah buah dari apa yang keperbuat
apa yang kupetik
adalah buah dari apa yang kutanam
Tidak---- tidak-----
Enagkau sama sekali tak salah
Akulah yang salah
karenanya
MAAFKANLAH....

Selamat Menjelang Tahun Baru 2009

Rabu, 24 Desember 2008

Roda, Kemuliaan, Kulihan dan Bana Karim

Ada sebuah benda, bulat bundar berputar, karena perputarannya maka banyak hal bisa dilakukan, benda itu adalah roda. Roda menjadi simbol pergerakan, simbol industri, simbol karya. Roda digunakan di banyak tempat dengan begitu banyak manfaat, pada sepeda, sepeda motor, becak, angkot ,taksi, busway, kereta api, hingga pesawat terbang, karena bulat bundar berputar itulah..... kemudian jarak dapat ditempuh.Roda juga dipakai pada katrol penimba air, pada jam mekanik buatan swiss yang mahal harganya.

Penemuan roda sangat membantu manusia melakukan pekerjaan sulit dan berat. Pada intinya roda adalah alat yang bergerak berdasarkan gaya yang memutarnya dan karenya sesuatu dapat bergerak, berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

Rodalah yang menjadikan sebab penumpang dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dari desa ke kota, di dalam kota, antar kota dalam propinsi, antar kota antar propinsi, bahkan antar negara.Bentuknya yang bulat bundar itulah yang menyebabkan penumpang yang letih dapat lelap dan bemimpi indah dalam tidurnya. Bayangkan apa jadinya jika roda itu berbentuk segi empat, dijamin tak ada satupun penumpang yang dapat tidur dalam perjalanannya.

Roda banyak dipergunakan pada sistem industri dari yang sederhana hingga yang paling kompleks. Roda-roda tersebut tidak dirancang dengan ukuran yang sama besar atau sama besar. Agar industri dapat lancar bergerak dan target produksi dapat dicapai sistem mekanis industri pasti terdiri dari kombinai unik roda-roda yang besar, sedang dan kecil. Berputar, bergerak, bersinergi.

Begitulah makna roda..... simbol kerja dan karya yang tak penah putus. Begitulah hendaknya manusia yang terus bekerja, menghasilkan manfaat . Begirulah berputarnya roda mengajarkan manusia setidaknya 3 hal yaitu:

Pertama : Roda yang terus berputar berarti mobilisasi penduduk dari satu tempat ke tempat lain secara dinamis, berarti kontak dan hubungan antar manusia antar bangsa terjalin. Roda-roda yang berputar berarti industri memproduksi barang-barang yang berguna bagi kebutuhan manusia. Jika roda pada jam mekanik berhenti maka waktu tak dapat ditunjuk. Jika roda-roda mesin industri berhenti alamat PHK akan terjadi dan akan ada banyak anak-anak negeri yang terancam pemenuhan kebutuhan hidupnya karena ayah atau ibunya tak lagi bekerja. Mulianya manusia tidak diukur dari apapun yang dimilikinya, kecuali karyanya. Manusia utama adalah laksana roda yang terus berputar menghasilkan karya apapun itu, dimanapun mereka berada dan kapanpun mereka dapat berbuat sesuatu bagi diri, keluarga dan masyarakat. Sehingga tak ada kesia-siaan yang tercipta bersama berlalunya waktu.

Kedua: Bergeraknya sistem motor pada industri, merupakan kombinasi dari perpaduan bermacam-macam bentuk roda. Kita mungkin masih ingat bagaimana konsep fisika mengajarkan katrol, alat sederhana untuk menimba ember dari dalam sumur. Dengan katrol tunggal ember besar yang berisi air hingga penuh, dapat diangkat ke atas dengan tenaga yang cukup besar. Namun ketika katrol tersebut dikombinasikan dengan katrol-katrol lain, maka dengan gaya yang lebih sedikit ember yang berisi penuh air tersebut dangan dengan mudah diangkat ke permukaan. Sistem Fisika sederhana ini sebenarnya hendak mengisyaratkan kepada manusia bahwa dengan bersinergi kita menjadi luar biasa. Setiap manusia entah yang besar, yang kecil, yang kaya yang miskin, yang pandai, yang “ belum/tidak memiliki /diberi kesempatan untuk menjadi pandai” pada dasarnya adalah orang-orang yang luar biasa...... (bersambung)

Selasa, 23 Desember 2008

3 Pesan dari Tanah Suci

Hari ini salah seorang pimpinanku yang Komandan kusebut namanya setiap kali perintah diberikan, pulang dari Tanah Suci Mekkah....

Banyak cerita yang dibagikan selain sajadah, kacang arab, kurma dan air zam-zam serta anggur kering (ada istilahnya tapi entah...... aku lupa apa namanya ya?).

Ada tiga pesan penting yang kutangkap dari silaturahmiku ba’da ashar tadi, yaitu Pesan pertama : jika dapat berangkatlah ketika muda, ketika fisik dalam keadaan prima, karena ibadah haji adalah ibadah fisik. Pesan kedua : bersihkan hati dari segala penyakit hati, sekecil apapun lintasan keburukan dan prasangka akan ditunjukkan adanya. Sangka baik akan ditunjukkan lewat contoh baik, pun....sangka buruk akan dimanifestasikan lewat kejadian buruk pula. Percaya atau tidak percaya, itulah adanya. Allah sepertinya hendak menunjukkan kebenaran janji dan firmanya dalam hadist qudsi : ”Aku ada dalam sangka hambaku, jika hambaku bersangka baik atasku, baik kejadiannya, dan jika hambaku bersangka buruk, buruk pula kejadiannya”, banyak contoh-contoh dari keajaiban baik dan buruknya hati ketika di tanah suci, yang setiap jemaah haji pulang beragam versi cerita disampaikan. Pesan Ketiga : Usahakan untuk dapat membantu siapa saja yang bisa kau bantu. Itu sebabnya mengapa kau.... jika dapat..... pergi ketika masih muda, adalah karena dengan fisikmu yang kuat, kau bisa berbuat kebaikan lebih banyak, dengan menolong orang-orang tua, menolong mereka yang tak mampu karena sakit dan sebagainya.

Tergetar hati ketika Ka’bah dipandang, tergetar hati ketika Asma Allah diagungkan. Lalu tertunduk dan menangis, sedu sedan, dihadapan saksi bisu pusat ketaatan, pusat peribadatan. Ka’bah ....Tanah Haram... yang disucikan, tempat dimana banyak do’a dipinta dan dikabulkan.

Entah kapan........, semoga Allah segera mengundangku dan istriku untuk membuktikan sedikit dari banyak ketaatan. Haji ke Tanah Suci......

Senin, 22 Desember 2008

Setetes Embun

Dengan Bismillah bermula kata, melalui sholawat kami haturkan salam kepada junjungan tercinta Rasul terpilih, utusan zaman, pemimpin umat, Panglima Perang penyayang istri, suami terbaik panutan lelaki. Semoga segala rahmat, dan kemuliaan tercurah kepada Beliau, keluarga, sahabat dan kita sekalian. Yang atas tawasulnya langit dibuka, dan do’a dikabulkan, dan karenanya maka keberanian ini datang untuk sekedar menyegarkan ingatan, membuka pikiran, jika memang di dalamnya terselip kebenaran, meski mungkin kadang pahit dirasakan.

Sebelum kalimat diuntai terjalin makna, ijinkan kami menghaturkan maaf beribu ampun, tak hendak menggurui, apalagi mengajari, namun sekali lagi mencoba merasakan getar kebahagiaan, dengan tetap tak lupa pegangan. Kalimat dirangkai menjelma maksud, jika tak dapat menghapuskan dahaga, maka biarlah ia menjadi setetes embun, dan....... ijinkan kami memulainya :

Wahai dua cinta yang kini dipautkan, wahai dua jiwa yang kini dipersatukan, aku datang padamu untuk sekedar mengetuk pintu kalbu, agar tak khilaf, terlelap dalam waktu, berlalu dan tanpa memperoleh hikmah atasnya.

Wahai Pangeran, yang sebentar lagi menjadi Raja.....wanita bisa berarti beberapa makna, satu diantaranya adalah isteri, dalam maksud ini maka ia adalah belahan jiwa sandaran hati, tempat bertambatnya biduk kasih, setelah letih perjalanan menempuh samudera, menghadang gelombang, menembus topan. Tak akan engkau jatuhkan walau sehelai rambutpun karena keangkuhan tanganmu.

Istri tentulah bukan sekedar tempat dimana hasrat, birahi dipuaskan, ia adalah teman tempat dimana semua akan dibagi, sedih, duka, air mata ,tangis. Juga suka cita, bahagia, berdua bersama. Ia adalah jiwa yang tak akan engkau sisakan kebohongan, rahasia dimanapun dalam ruang paling tersembunyi dalam hatimu, yang mungkin beberapa lelaki melakukannya.

Ia adalah sahabat terbaikmu, tempatmu berkeluh kesah, mencurahkan segenap penat, juga temanmu untuk mendengar semua lara, duka dan juga deritanya, dengarlah dan dengarlah, karena kata kalimat bijak ” Berbicara itu adalah berbagi, tetapi mendengar itu mencintai”, bukakan dadamu seluas langit untuk menampung semua deritanya, karena hendaknya bagimu air matanya adalah kesedihanmu, dan senyumnya adalah kebahagiaanmu. Ialah yang nyamuk bertengger di kulitnya engkau kan cemburu.

Istrimu adalah firdausmu di dunia ini, yang akan kau rindukan taman-taman indahnya, yang menyejukkan mata, menentramkan hati, yang akan engkau kenang, yang ketika dekat engkau cintai, yang ketika jauh kau rindui. Kerinduanmu laksana pucuk-pucuk hijau menunggu turunnya embun di tengah terik kemarau panjang. Yang tulus senyumnya akan melunturkan segala keletihanmu.

Tak akan kau ucapkan satu kata perintah dengan bahasa manapun, kecuali ikhlas, ridho ia lakukan.Tak akan kau minta apapun padanya kecuali bahagia ia mengerjakannya.

Istrimu adalah kekasih sejatimu di dunia, lebih dari itu ia adalah juga ibu bagi anak-anakmu, yang padanya kau titipkan benih, amanah masa depan kehidupan, yang akan menjadi penerus perjuangan, sumber kebahagiaan dan tabungan masa mendatang, melalui do’a anak-anakmu, yang karenanya dosa-dosamu diampunkan. Ialah anak-anak , mutiara kirmizi yang ditunggu.

Ibu bagi anak-anakmu bukanlah sasaran kemarahan, tudingan kesalahan, jika anak-anakmu gagal, salah, khilaf. Engkau keliru jika begitu saja menyalahkannya, jika engkau hendak marah, maka pertanyakan dirimu apa yang telah engkau lakukan untuk bersana-sama dengannya, bahu membahu membesarkan dan mendidik mutiara-mutiara kirmizi itu ?

Sungguh jika kasih kau sebut......akan kau dampingi ia dengan segenap cinta menghadapi masa-masa sulit, melahirkan buah hati yang karenanya nyawa dipertaruhkannya.

Sungguh.....akan kau dampingi ia dengan segenap cinta menjaga malam-malam yang meletihkan karena popok bayimu basah. Jangan....jangan... kau bangunkan tidur lelahnya, biarlah untuk beberapa waktu akan kau gantikan popok sang jagoanmu atau si mawar kebanggaanmu, dan biarkan ia lelap bersama mimpi indahnya, setelah masa-masa 9 bulan perjuangan beratnya.

Demi Tuhan pencipta langit bumi, jika engkau mencintainya engkau pasti sanggup bertukar derita dengannya, namun karena tak mungkin, maka bantulah ia sebisamu, semampumu untuk terus mendampinginya, menemaninya. Memandikan si buah hati, memijatnya, membalurnya dengan minyak telon dan kayu putih, menaburkan bedak wangi, memasangkan gurita, popok, baju hangatnya, menyelimutinya, menggendongnya, menidurkannya dengan dendang shalawat, kalimat takbir, tahlil dan tahmid, agar tidur lelapnya dijaga para malaikat.

Engkau akan rasakan bagaimana menjadi ayah, adalah ketika engkau dikencingi bayi mungilmu, engkau akan mengerti bagaimana rasanya menjadi Bapak ketika bayimu tersenyum setiap memandang wajahmu, tertawa bersamamu, terlelap dalam dekapanmu.

Terus dan teruslah dampingi kekasihmu, dalam susah dan senang, bersama membesarkan si buah hati, bukankah ia adalah buah dari kebersamaan cinta kalian?

Engkau mungkin tak sehebat raja pembangun Taj Mahal, monumen persembahan terbesar laki-laki pada wanita yang dicintainya, namun jika engkau diberi kekuasaan laksana Raja pembangun Taj Mahal .... pastilah akan engkau perintahkan punggawa-punggawamu, menteri-menterimu, pengikutmu, pasukan tempurmu yang gagah berani untuk dengan segenap jiwa raga melindungi, mengasihi, mencintai, menyayangi, nenek datuk mereka, ibu-ibu mereka, isteri-isteri mereka, anak-anak perempuan mereka, cucu-cucu perempuan mereka, sahabat-sahabat wanita mereka, kepada semua wanita.

Dengan segenap kasih akan engkau tegakkan perintahmu dan dengan pedang akan engkau luruskan pengkhianatan dan pembangkangan titah perintahmu.

Wahai putri yang sebentar lagi menjadi Ratu............adakah orang yang tepat untuk engkau nikahi ?Jawabannya : tidak akan pernah ada orang yang benar-benar tepat untuk dinikahi. Karena memang manusia tercipta tidak dengan segala kesempurnaan. Tidak penting seberapa tepat pasangan pendampingmu, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana engkau wahai Putri... memperlakukan pernikahanmu, menjaga perkawinanmu, dengan cinta dan pengertian, dengan kesediaan untuk menerima segala kelebihan dan kekurangan, dengan kemauan untuk saling membahagiakan, dengan rasa syukur bahwa Allah telah mengantarkanmu seorang laki-laki, yang karenanya beralih tugas orang tuamu, untuk menjaga dan memimpinmu, dunia akhirat.

Begitu tingginya Islam memandang pernikahan, hingga ” Jika ada sesembahan lain di dunia ini selain Allah, maka pasti aku perintahkan wanita tunduk pada suaminya” begitu Rasul bersabda, ini bukan mendewakan laki-laki, tapi memang karena berat tugasnya.

Ialah pemimpinmu seberapapun tinggi kekuasaan yang engkau miliki, seberapa hebatpun perintahmu ditakuti bawahanmu. Tugasnyalah menjaga dirinya dan keluarganya dari panasnya Neraka. Bukankah sejarah menunjukkan bahwa ketaatan istri pada suami menghapuskan dosa orang tuanya, ingatkah engkau betapa ketaatan istri pada suami yang ditinggal suami ke medan perjuangan, untuk tidak meninggalkan rumahnya, hingga bahkan ketika orang tua sang istri sakit dan datang padanya utusan keluarganya untuk mengajak menjenguknya, tak kunjung ia datang menjenguknya, begitu berkali-kali hingga orang tuanya meninggal dunia.

Bisa jadi mata dunia memandang ia istri celaka, anak perempuan tak tahu budi. Namun apa kata Rasul : ” Surga diberikan kepada orang tuanya karena ketaatannya pada sang suami”. Indah nian makna ketaatan istri pada suami, andai bukan karena ketaatan itu, bisa jadi nerakalah tempat orang tua itu, jika begitu mata mana yang hendak engkau pakai melihat, mata dunia yang tak mengerti hakekat? Atau perintah Rasulmu yang mengantarkamu ke jalan selamat.

Karenanya sepanjang suamimu mengajakmu kepada jalan kebenaran, patuhilah segala perintahnya, karena hakekatnya ialah pusat pengabdianmu, menjaga kehormatannya, menyimpan rahasia dan kelemahannya, memelihara harta-hartanya, menjalankan amanahnya.

Jangan engkau dibingungkan oleh pikiran sesat yang dikemas zaman dengan kata emansipasi. Agamamu juga telah mengajarkan bagaimana perempuan juga bisa bertempur sehebat laki-laki, adalah Asma’ Binti Yazid yang mengalahkan pasukan Romawi dengan pasukan perempuan bertongkatnya dalam perang Yarmuk Tahun 13 H. Adalah Rabiyatul Adawiyah, Sufi kenamaan wanita yang namanya menjadi legenda, adalah Aisyah Radiualluhu Anha, istri tercinta kesayangan Rasul, yang padanya Rasul memanggilnya yang kemerah-merahan ” Ya Humaira”, panggilan sayang rasul pada kekasihnya Aisyah binti Abu Bakar. Ia adalah seorang wanita yang berpendapat lugas dan cerdas, memiliki ingatan dan pemahaman hukum agama yang luas, sehingga menjadi salah satu perawi hadist utama. Dalam banyak kesempatan ia menjadi penasihat hukum, dan menentang beberapa pendapat laki-laki yang memandang rendah wanita, karena sepanjang hidup bersama Rasul, beliau telah menunjukkan contoh bagaimana perempuan harus dihargai.

Perubahan paradigma kejahilan menuju cahaya. Islam meletakkan wanita di tempat terhormat, bahkan penghargaan ketaatan utama manusia adalah 3 kali pada ibunya dan hanya sekali pada Bapaknya.

Emansipasi tidak berarti bertukar tempat, karena jika itu terjadi semua menjadi bingung dan kekacauan terjadi, seperti yang kini tengah terjadi.

Hendak kemana engkau menuju ? Modernisasi yang engkaupun tak pahami apa maknanya ? atau melaksanakan tugasmu untuk menaati suamimu dan menjalankan tugas sosialmu secara seimbang dan pada tempatnya.

Wahai Putri yang sebentar lagi menjadi Ratu...............

Wahai Pangeran yang sebentar lagi menjadi Raja......

Begitulah si pendongeng ini bercerita, jika tuanku menemukan kebenaran di dalamnya, pastilah Tuhan Aja Wa Zala sumbernya, jika tuanku dapatkan kekhilafan, maka pastilah si pendongeng ini penyebabnya.

Karenanya ampun maaf tolong lapangkan, atas khilaf dan kesalahan, juga kealpaan dan kelancangan. Karenanya salah khilaf mohon bersihkan, jika terselip kata penoreh luka, penabur lara, penyebab derita.

Dengan Alhamdulillah kami tutup kata, berakhir kalimat. Kami mohonkan do’a semoga segala kebaikan, kebahagiaan selalu menyertai,melalui Sholawat pada junjungan Rasul tercinta.

Berlayarlah si biduk cinta

Bentangkan layar hadapi samudera

Sekali layar terbentang pantang surut berpulang

Meski Badai topan datang menghadang

Berlayarlah terus si bahtera kasih

Berlayarlah terus hingga sampai tujuan

(Ini adalah naskah asli dari penulis yang dibuat untuk memberi penghormatan dan dimuat dalam buku Panduan Acara atas pernikahan Amrif Maldi Reza Syahriansyah ( Putra Bapak Amir Saharuddin Sjahrial) & Yelly Andriawati (Putri Bapak H.Suwito), Gedung Danapala, Juli 2008, Jakarta)

“Nek ....Apa artinya menjadi tua ?”

Tubuhnya telah ringkih dimakan usia, badan terbungkuk, kulit keriput, suara serak bergetar ketika bicara, pandangan kabur tak jelas melihat..... itulah perempuan tua yang kami sebut nenek. Nenek kami adalah sosok perempuan yang menentramkan jika bicara, yang menyejukkan hati ketika bertutur. Tentang masa lalu, tentang kehidupan. Ialah yang kasihnya pada kami cucu-cucunya dibagikan melalui dongeng-dongeng malam sebelum kami tidur, jika lebaran kami bertandang. Ialah yang tangan tuanya tak pernah berhenti membuat panganan dari kampung yang sulit dicari dan yang akan ada hanya jika kami datang.

Ialah yang karena lintasan waktu dan luasnya pengalaman menjadi arif, menjadi bijaksana. Ia adalah pohon tua nan kokoh, rindang, berdaun lebat, berbuah lezat. Ia memberi kesegaran kepada siapa saja yang ketika terik berteduh di bawahnya. Daunnya yang hijau dan rindang mengundang kawanan aneka burung untuk tinggal dan berkicau membuat ramai kala pagi menjelang. Ia adalah pohon tua yang berbuah nikmat, yang karena kematangannya menghasilkan buah ranum, manis dicicipi dan sulit dicari, ia adalah pohon langka spesies unik yang kini telah punah.

Ia adalah pohon tua kokoh yang menyimpan beratus-ratus liter air di bawah tanah, karena akar-akarnya kokoh menghunjam, mencengkram bumi, yang tak akan tumbang meski badai, topan datang menerjang. Ia menjadi sumber, mata air yang tak pernah kering di musim kemarau. Ia bisa saja pohon tua....namun tak pernah berhenti berbuah. Beberapa rantingya telah lapuk karena usia. Namun lingkar tahun kambiumnya menjadi saksi dari banyak peristiwa, yang darinya anak-anak dan cucu-cucunya dapat mengenal masa lalu, menarik pelajaran dan kearifan atas setiap makna yang tersimpan di balik setiap peristiwa.

Kami cucu-cucumu adalah yang paling merindukanmu, laksana pesawat tempur menderu, memburu, berlari dalam pelukanmu yang hangat dan penuh kasih, kami rindu dalam pelukan sayang, buaian kasih, dan alunan tembang-tembang lama yang kami juga tak tahu apa maknanya, tapi yang pasti kami rasa itulah kidung syukur pada Illahi. Nasehat yang dititip melalui syair-syair.

Nenek tetap setia menunggu rumah tuanya, merawat halaman, menyapu lantai , memasak, ia setia...... menjaga rumah tuanya. Itulah rumah dimana buah cintanya tumbuh dan berkembang, menjadi manusia yang memiliki makna, bagi keluarga, masyarakat dan bangsanya, yang kini menyebar, membentuk keluarga-keluarga baru di beberapa titik penjuru persada.

Karenanya Nenek tak hendak meninggalkan rumah tua itu, meski kami ingin sekali mengajaknya tinggal dengan kami. “ Tidak cu....terima kasih, disinilah bapakmu dilahirkan, di bawah pohon mangga itulah ia dulu bermain ayunan, atau bermain petak umpet dengan teman-teman kecilnya”, begitu setiap kali kami mengajak nenek tinggal bersama kami. Bagi nenek ini adalah sejarah dan nyawanya, berbilang tahun berlalu masa, bersama orang-orang terkasih, bersama kakek yang kini telah pergi menghadap Illahi. Setiap jengkal tanah dan halaman telah ditapaki oleh kaki-kaki mungil anak-anaknya, dan juga kami cucu-cucunya.

Nenek yang telah begitu sabar menghadapi ketuaan dan penyakitnya, tak pernah berhenti, ketuaan bukanlah halangan untuk berbuat meski hanya untuk sekedar menyingkirkan duri dari halaman rumahnya. Ia pernah mengingakan kami bahwa menjadi tua adalah keniscayaan tak terbantahkan. Menjadi tua dan mati......haruslah dihadapi dengan ikhlas, karena memang ia adalah kepastian yang nyata dan akan terjadi. Menjadi tua dan mati adalah keharusan, karenanya belajarlah darinya. Menjadi tua dan mati akan melunturkan semua keangkuhan, meluruhkan semua kesombongan. Lihatlah.... betapa banyak hal yang diajarkan dari menjadi tua.

Bukankah puluhan tahun silam nenek adalah gadis cantik, kembang desa yang dipuja, dikejar, dicari para pemuda. Jelas di tengah keriputnya, masih tersisa guratan kecantikan masa lalu. Tegas... itu bisa dilihat dari foto-foto ketika nenek masih muda. Tidak sedikit kidung cinta, puisi rindu tercipta karena kecantikan dan bayangan kebahagiaan di benak para pemuda. Kemanakah kekaguman, rasa penasaran ketika kulit kencang putih dan bersih suatu masa menjadi keriput dan tak indah lagi? Dimana lagi kidung cinta puisi rindu itu?ketika tubuh langsing dan ramping, tegak dan indah dengan rambut hitam, berombak tergerai sebahu, kini menjadi bungkuk dan rambutpun memutih?

Ahh...Nenek sadar betul bahwa kecantikan tak ubahnya seperti kembang, kecil, tumbuh, mekar, menebar wangi, namun tak lama kemudian layu, kering atau busuk dan jatuh, tak lagi wangi, gugur menyatu dengan bumi.Jika kecantikan dan kekaguman inderawi telah usai, kemana sirnanya kidung cinta puisi rindu yang dulu tercipta, adakah lagi lirik –lirik dari musik indah, syair-syair yang mengagumi ketuaan?

Engkau juga telah ajarkan dan selalu mendorong kami untuk menetapkan cita-cita setinggi-tingginya, setinggi apapun yang bisa dicita-citakan, karena tujuan memberikan jalan, bukan seperti sabut di tengah lautan, tak tahu kemana arah mesti menuju, hingga akhirnya hancur berkeping-keping karena terhempas gelombang tertabrak karang tajam.

Engkau juga telah ajarkan untuk menerima setiap musibah dengan hati lapang. Untuk memahami masalah..... sebagai salah satu jalan Tuhan untuk menjadikan kami lebih baik, lebih kuat. Seperti setiap gelombang datang membawa satu butir pasir kecil, yang terus menerus datang, siang dan malam, hingga menambah banyaknya partikel pembentuk karang. Yang kukuh di tengah badai, yang tegak di tengah gelombang.

Nenek kami telah lama berpulang... menghadap Tuhan dengan senyum terkembang, namun ia masih hidup dan akan terus hidup dalam hati kami, dalam ingatan kami, bersama dongeng-dongeng yang kini kami ingat dan akan kami rindukan. Dongeng-dongeng yang kini juga kami ceritakan kepada anak-anak kami, cicit-cicitmu. Nenek kami telah ajarkan bagaimana menjadi tua, bagaimana menjadi dewasa bersama bergantinya waktu berlalunya masa.

Selamat Jalan Nenek........ Beristirahatlah dalam tenang, do’a kami menyertaimu, amiinn.

Matahariku, Mataharimu, Matahari Kita, Matahari Semua

Kokok ayam jantan baru saja terdengar, membangunkan tidur malam, menggerakkan hati untuk bangkit dari mimpi panjang. Satu putaran periode malam berlalu sudah, dan di ufuk timur cahaya merah jingga, merah saga, kuning emas terpancar dari benda langit, bintang terdekat dengan bumi, sang surya , matahari jelita yang ditunggu berjuta manusia. Menjadi pertanda hari... memberi kekuatan, semangat dan energi.

Matahari bangun tepat waktu setiap pagi, patuh dan taat untuk tak terlambat memberi cahaya, memberi semangat manusia. Waktu berlalu dan cahayamu berubah warna, pertanda pagi sirna dan siang menjelang. Ritme gerakmu menjadi tanda semakin cepatnya kehidupan.

Terbit terbenammu menjadi saksi atas sejarah. Darah bersimbah, air mata bercucur, peluh mengalir keluh terdengar, tangis tersisa, cinta bertumbuh, dendam membara,dengki membakar kesumat, melumat habis kebaikan laksana kayu kering dilahap api, habis tak bersisa.

Jika engkau bisa bicara, banyak cerita yang kan kau bagi, agar manusia mengerti bahwa kehadirannya mestilah untuk tujuan mulia ... mengantarkan waktu berganti dengan satu kata pasti yaitu cinta. Bukan dendam, bukan benci, bukan iri, bukan fitnah, bukan keserakahan, bukan kesombongan, bukan kepura-puraan.

Berapa banyak waktu berlalu... berapa banyak kebaikan diabadikan, entah lewat prasasti, catatan, atau kenangan, melalui legenda, dongeng dan cerita. Matahariku adalah mataharimu, matahari kita, matahari yang satu. Yang kekuatannya memanaskan buana, melangsungkan fotosintesis tetumbuhan, sumber pangan dari tanaman pangan, sumber buah dari pohon buah-buahan, sumber keindahan dari aneka bunga yang berbeda rupa, tak sama warna namun indah dalam perbedaannya.

Matahariku, mataharimu, matahari kita, matahari semua. Jasamu pada bumi tak terhitung, tapi tak jarang kami alpa menghitung, meski tak ada perintah untuk menghitung, tapi kami alpa bersyukur. Apa jadinya bumi tanpamu ? Apa jadinya kami tanpa cahayamu? Tak usah tanya dijawab, karena jawab atas tanyamu banyak. Tak usah nikmat dihitung, karena nikmat tak terbilang, tak terhitung.Tak usah lidah menyebut, karena lidah bisa salah sebut. Tapi jika lidah kami benar menyebut, maka harapan hati turut menyambut Lidah dan hati memuji keindahan, ketaatan dan kepatuhan matahari sebagai karya agung Illahi.

Lalu aku, kamu, kita dan semua... berpadu dalam satu harapan agar bumi tetap tentram, agar buana tetap ramah, agar manusia tetap santun hingga matahari tak menenggalamkan gunung-gunung es, agar matahari tak membakar ozon dan terbakarlah kulit kita dengan penyakit dan derita lainnya.

Izinkan daku memperkenalkan diri sebagai Bana Karim sang Pengembara, yang terus mencari pemahaman lewat tanya dan perenungan. Maafkan daku jika kurang pandai merangkai kata, menguntai maksud...,Daku hanya ingin mengenal lebih banyak sahabat, lewat pemahaman atas hakekat, yang tak dapat ditangkap melalui bangku-bangku sekolah, yang tak dapat dimengerti mesti letih kaki mendaki, mencari guru, mencari tahu.... Berbagi kata kita bersatu, bertukar kalimat makna dirajut. Semoga pemahaman didapat, dan dada lapang hikmah dipetik.

Tak lama setelah sehari bersinar Engkau Matahariku, Mataharimu, Matahari kita akan kembali ke peraduan dan gelap menjelang, hati merenung apa makna sehari ini berlalu ?

Terima kasih Tuhan engkau telah ajarkan kami makna kesetiaan, kepatuhan, ketaatan untuk terus memberi dari Sang Surya Jelita

Matahari Matahatiku... Mataharimu... Matahari Kita.... Matahari semua